Pages

Minggu, 02 September 2012

KRONIK

LEBARAN ADAT DUSUN BILOQ

Perayaan lebaran dilakukan oleh ummat Islam sejak tanggal 1 syawal dan dilanjutkan dengan berbagai ekspresi lebaran seperti : silaturrahim dengan kerabat jauh maupun dekat, rowah syukuran, lebaran topat, halal bi halal dan sebagainya. Pada masyarakat adat Suku Sasak, salah satu bentuk ekspresi lebaran diungkapkan dengan istilah lebaran adat yang dilaksanakan di masjid adat (masjid kuno) yang saat ini merupakan situs cagar budaya. Di Lombok jenis masjid ini masih banyak walaupun sudah tidak difungsikan sebagaimana masjid pada umumnya.

Lebaran adat umumnya dilaksanakan di lingkungan masyarakat Islam tradisional Sasak yang masih sangat lekat dengan ajaran - ajaran sufisme tradisional pada tanggal 4 syawal atau lebaran hari ke empat. Dalam konteks pelaksanaan lebaran adat ini, mereka hanya mengatakan melanjutkan amanat dari para leluhur mereka, dan masyarakat Biloq secara syariat melaksanakan Idul Fitri pada tanggal 1 syawal. Para tokoh masyarakat di Biloq yaitu Lokaq, Pengulu, Kiai, Pembekel, Penyunat dan Pande mengatakan kegiatan lebaran adat adalah kegiatan adat, pelaksanaannya juga diniatkan untuk melestarikan adat. Memang masih ada orang tua kami yang sangat memelihara tata cara pada masa lalu, tapi kami umumnya berusaha untuk menyelaraskan dengan syariat Islam. Untuk itulah dilakukan regenerasi kiai pengulu adat sehingga keduanya dapat sejalan, kata H.Purnipa Pengulu Adat Sembalun.
Kehadiran Persaudaraan Asah Makna pada acara Lebaran Adat yang sudah kali ke tiga, adalah merupakan upaya untuk memahami lebih jauh tentang tradisi syariat adat sebagai bagian dari kajian strategi dakwah kontekstual dan transformatif. Banyak hal yang menarik untuk dikembangkan dalam konteks ekspresi keagamaan yang dapat menjadi ikon budaya dan sekaligus banyak persoalan yang memang perlu dikaji lebih dalam.
Foto disamping adalah kegiatan rowah angkat takbir sebelum pelaksanaan takbir pada malam lebaran, dengan sajian jajan olahan yang disajikan dengan ancak. Jajan olahan dan ancak ini sendiri tidaklah dilihat semata fisiknya tetapi makna simbolik yang ada didalamnya. Penjelasan makna simbolik inilah yang digunakan masyarakat Islam Tradisional dalam mentransmisi ajaran sufisme tradisional. Dalam konteks ini memang membutuhkan upaya transformasi dengan reinterpretasi dan resimbolisasi yang harus dilakukan bersama oleh masyarakat dengan para transformer.


Seusai rowah, lokaq, pengulu, kiai, pembekel, pande, penyunat dan kiai santri melaksanakan takbir yang dipimpin oleh Pengulu. Langgam tradisional yang sangat mirip dengan nada tembang sayup-sayup keluar dari hati yang tulus menyebabkan pesan takbir lebih efektif sampai ke hati pendengarnya. Tak ada yang salah dari takbir ini, walaupun mungkin lafal yang khas tidak sesuai dengan makhraj dan tajwid.

Pada pagi harinya dilaksanakan Shalat Id yang diakhiri dengan pembacaan khotbah. Di Dusun Bilokq mulai dilakukan regenerasi Pengulu adat sehingga acara dimulai dengan pengantaran Pengulu Muda ke Mimbar oleh Pengulu Tua.
Di antara kesetiaan terhadap adat dan keinginan mereka untuk menegakkan syariat, masyarakat Dusun Biloq memang menjadi prototipe yang perlu dipelajari dan didampingi.(MSA dan MR)

0 komentar:

Posting Komentar