HATI-HATI
DENGAN HATI
Pernahkah kita merenung tentang gejala kehidupan sosial kita yang
kian hari kian terpuruk, bahkan kita telah terjerembab ke dalam kondisi yang
sangat kritis secara mental, moral dan spiritual ?. Kita senantiasa sibuk
dengan rutinitas yang kian mendera dan memacu kita untuk berlomba dengan
bayang-bayang semu yang tak akan pernah terkejar. Kondisi kehidupan yang
demikian berat, secara tidak sadar kita wariskan kepada anak-anak kita dan
tidak pernah kita fikirkan. Ada
yang salah dalam cara pandang kita tentang diri kita yang menyebabkan kita juga
salah menempatkan diri dan akhirnya salah bertindak.
Kesalahan dalam memandang dan memahami diri itu disebabkan karena
ada satu aspek dalam hidup yang kita abaikan. Tidak pernah kita pedulikan kebutuhannya,
tidak pernah kita ajak bicara agar tentram dan tidak pernah kita bersihkan dari
berbagai jenis kotoran dunia, padahal ia adalah bagian terpenting dari hidup
kita. Bagian yang paling dalam yang menghubungkan kita dengan sang Pencipta. Bagian
yang paling rahasia yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan sang
Pencipta. Bagian yang membuat seseorang dapat menggapai dan berbalas cinta
dengan sang Khalik.Bagian itu adalah hati.
Rasulullah Saw mengingatkan bahwa didalam tubuh kita ada segumpal
daging yang akan menentukan seseorang itu baik atau buruk perangainya. Segumpal
daging itu adalah hati. Demikian pentingnya fungsi hati dalam menjalani hidup
amanat Allah ini tapi begitu lalai kita memeliharanya. Bahkan kita sia-siakan,
menggunakannya dengan cara yang salah dan sekaligus mengotorinya. Dengan
demikian sebenarnya kita telah menghancurkan diri kita sendiri. Betapa ruginya
kita dengan hidup yang kita jalani dan betapa nestapanya kita di hadapan Allah
kelak ketika kita menghadapNya.
Senyampang kesempatan masih ada, pintu ampunan masih terbuka, lidah
masih mampu mengucapkan istigfar dan hati belum beku karena kita masih memiliki
hidayahNya, maka marilah kita mulai mengetuk pintu Allah dengan istigfar,
menyambut firmanNya :
Dan hendaklah kamu meminta ampun
kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian),
niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai
kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling,
Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. (Surat Hud : 3)
Allah Swt demikian kasihnya, sangat menghawatirkan hambaNya
berpaling setelah diberikan kepadanya kesucian hati, karena Allah Maha Tahu
kelemahan hambaNya. Maka marilah kita mengenal hati kita, memeliharanya,
mensucikannya dan merasa betah didalamnya, dan akhirnya akan memancarkan cahaya
sebagai suluh dalam kehidupan kita.
Secara psikologis, hati adalah bagian spiritual dalam kehidupan
kita, didalamnya tersimpan kecerdasan dan kearifan yang terdalam, tempat
makrifat dan pengetahuan spiritual. Hati juga menyimpan percikan ilahiyah.
Dalam sebuah hadits kudsi, Allah berfirman Aku yang tak cukup tertampung olah
langit dan bumi melainkan hanya bisa tertamping dalam hati seseorang yang
beriman dengan tulus. Dalam hadits yang lain Rasulullah Saw menyebutkan bahwa
“qalbu al mu’min baitullah”. Dengan demikian maka jika seseorang mengotori hatinya
berarti telah mengotori “baitullah”, merusaknya berarti merusak “baitullah”.
Baitullah adalah tempat yang dijamin ketentraman dan ketenangan di
dalamnya. Maka hendaknya setiap orang kembali ke dalamnya jika ingin mencari ketenangan,
tidak mencari ketenangan dengan ruang-ruang dan suasana semu yang justeru akan
membuat kita semakin gelisah. Jika ada suatu hal atau masalah yang
menggelisahkan janganlah berkeluh kesah kepada sesama makhluk, kembalilah
kepada yang Maha Kuasa melalui ketulusan diri sebagai hambaNya. Demikian pula
jika kita mendapatkan nikmat kemudahan dan anugrahNya maka janganlah
kegembiraan diumbar yang akan mengundang nafsu tapi bersyukurlah kepada yang
telah menganugrahkan kemudahan dan anugrah itu. Hal yang demikian itu hanya
bisa dilakukan dalam ruang hati yang bening. Rasulullah Saw bersabda :
Jika seseorang memperoleh nikmat maka hendaknya mengucapkan
alhamdulillah, jika rizkinya dikurangi, hendaknya segera beristigfar dan jika
menemukan kesulitan dalam urusannya hendaknya ia mengucapkan la haula wala
quwwata illa billah.
Keterpurukan kehidupan dunia ini disebabkan karena banyaknya virus
penyebar penyakit hati yang tidak bisa dikendalikan. Kesulitan hidup
menyebabkan kita berburuk sangka kepada Allah dan keberuntungan yang diperoleh
menyebabkan keangkuhan pada diri sendiri, dan keduanya sama-sama menjauhkan
diri dari Allah Swt. Untuk itu dalam diri kita harus senantiasa memperbaharui
anti virus atau meningkatkan kekebalan atau imunitas diri, dengan senantiasa
berzikir kepada Allah Swt, sebagaimana firmanNya dalam surat Ar-Raad 28 :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Menentramkan hati dengan
senantiasa berzikir akan senantiasa memelihara kesucian dan kegemerlapan
seluruh ruang hati dan akan membias dalam kehidupan. Masih banyak sekali
amalan-amalan yang dapat kita lakukan dengan istiqamah sehingga hati tetap
terpelihara dan senantiasa cenderung kepada Allah Swt, sebagai tempat kembali. Berzikir
dengan berbagai bentuk amalan itu akan menambahkan kekebalan hati dari berbagai
virus dunia yang semakin canggih dan mematikan.
Agar kita bisa memelihara
hati kita dengan lebih sempurna, ada baiknya kita mengenal hati kita ruang demi
ruang. Para ahli hikmah membagi hati menjadi 4
ruang yang berlapis-lapis dan berhubungan dan saling menyinari satu dengan
lainnya.
Lapisan yang paling luar disebut dengan shadr
yang berarti dada yang merupakan ruang
amaliah atau pengetahuan tentang tidakan-tindakan. Di ruang inilah pertempuran
antara kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif bertarung dan
kecenderungan positif akan menang jika cahaya hati terus dipelihara dengan
zikrullah, dan senantiasa berjihad dengan melakukan amal shaleh. Firman Allah Swt dalam surat Al-Maidah 35 :
Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri
kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Amal perbuatan kita
sehari-hari, akan berpengaruh pada ketenangan hati seseorang, bisa membuat
seseorang menjadi tenang atau gelisah. Jika seseorang senantiasa melakukan
perbuatan baik ia akan senantiasa merasa tenang menghadapi hidup, tetapi jika
seseorang pernah melakukan perbuatan yang tidak baik maka ia akan merasa
gelisah terus menerus. Dengan demikian maka lapisan hati yang paling luar harus
disinari dengan amal shaleh berdasarkan pengetahuan yang benr.
Lapisan kedua disebut qalb,
yang memberi energi kepada shadr dengan sinar iman, tetapi masih tertutup tirai
hijab yang berlapis-lapis. Didalamnya tersimpan kebajikan spiritual yakni taqwa
yang melahirkan sifat-sifat mulia, sehingga senantiasa berhati-hati dalam
setiap tindakan. Lapisan ini disinari dengan upaya-upaya tazkiyah atau
pensucian spiritual melalui peningkatan mutu ibadah-ibadah magdah. Allah
berfirman dalam surat
Al Baqarah 277 :
Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Lapisan ke tiga disebut Fuad didalamnya
adalah ruang ma’rifat yaitu sumber kearifan spiritual. Pada lapisan inilah
bersinerginya pengetahuan dan pengelihatan bathiniah yang membuat pengetahuan
dan keyakinan terhadap Allah Swt dan seluruh aspek keimanan menjadi jelas.
Disini terbangun kesadaran tentang kehadiran Allah Swt dalam setiap langkah
sehingga seluruh gerak menjadi amal shaleh. Kesadaran tentang makna firman
Allah dalam surat
Al Baqarah 115
Dan kepunyaan Allah-lah
timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83].
Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Lapisan ke empat atau paling dalam,
disebut Lubb. Merupakan lapisan yang Maha Luas tanpa batas, ia berada di
luar jangkauan kata-kata dan teori-teori hanya bisa dimasuki oleh hamba yang
khusu’ dan dekat dengan Allah Swt. Wallu a’lam.
Sebagai hamba yang sadar
kehambaan maka setiap orang wajib berusaha mensucikan hati yang dengan upaya
itu berarti senantiasa mensucikan baitullah dan akan semakin dekat denganNya.
(H.L.Agus Fathurrahman)
1 komentar:
alhamdulillah, salam dari hamba allah yang fakir
Posting Komentar